-->
Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 01 April 2017

10 Tips agar Tidak Menjadi Istri, Ibu, Mertua yang Asal Ngomong Baru Kemudian Menyesal

10 Tips agar Tidak Menjadi Istri, Ibu, Mertua yang Asal Ngomong Baru Kemudian Menyesal
10 Tips agar Tidak Menjadi Istri, Ibu, Mertua, dan Masyarakat yang Asal Ngomong Baru Kemudian Menyesal
Sahabat Ummi, betapa indahnya Islam, dalam bersikap ke orang lain kita harus ber-attitude baik sementara saat menanggapi sikap orang lain kita enggak boleh sensitif (harus kuat). Allahu Akbar. Nikmat Allah mana yang kita dustakan? 
Dan Sahabat Ummi, di antara kedua ilustrasi ini mana yang akan kita pilih:
 
Ilustrasi I:
"Ngomong ke mamaku? Enggak, ah. Yang ada belum apa-apa udah diomelin dari a sampai z. Mendingan cerita ke orang lain."
"Istri gue tuh tukang ngomel sembarangan, kalau marah seperti orang kesurupan, tapi habis itu reda. Ya gue tahu tingkat kebutuhan wanita ngomong itu banyak ya, tapi emang harus gitu? Gue aja kasihan kadang lihat anak-anak dididik dengan cara diancam. Tapi ya gitu, istri gue gak bisa dididik dan dibilangin. Cari aman aja dah ya gue. Mungkin gue emang suami yang lemah karena enggak bisa ngedidik istri gue menundukkan kesangarannya. Sebenernya gue males, tapi mau gimana lagi dah ada anak. Ya udahlah. Lo aja kalau nyari bini yang teliti. Jangan cuma kesihir sama cantik luar, dah itu,"
"Curhat sama Mbak Anu? Hahaha. Gak, deh. Mending curhat sama tembok. Hahahaha,"
"Hadehhh ada telepon dari Bu Anu. Males banget gue ngangkatnya pasti mo ngomel dan ngatur-ngatur gajee. Ehh, enggak boleh su'udzon yaa. Ehmm ... angkat gak yaa, galauu,"
"Kamu yang sabar ya namanya ibu mertua kadang enggak sadar kalau ngomongnya nyelekit. Mungkin beliau ngomong gitu sebenarnya curhat. Sabar ya. Tabah ya."
 
 
Ilustrasi II:
"Leganyaaa habis curhat to the moon sama mama. Kalau gini jadi makin semangat,"
"Alhamdulillah punya istri yang cantik dan baik, enggak dikit-dikit tersinggung kalau dinasihatin, bisa ngajarin anak-anak beragam ilmu jadi gak perlu les kan bisa ngirit, & paling bisa bikin hati gue adem. Kalau kayak gini mah Selena Gomez atau Song Hae Kyoo lewat ya. Jelas mendingan istri gue banget yang udah komplit luar dalem,"
"Cerita sama Mbak Anu itu enak. Dia pasti ngedengerin kok. Ngemong banget. Baru pas  kita udah selesai nyampahny, Mbak Anu ceramah, haha becanda,"
"Katanya ibu mertua dan menantu perempuan itu enggak akan pernah bisa akur ya. Katanya ibu mertua akan selalu melihat dari sisi jeleknya saja. Alhamdulillah mama mertuaku enggak gitu. Bersyukur banget punya mama mertua yang bijak. Aku menyayangi beliau sepenuh hati,"
 
Mana yang akan kita pilih? Jadi sosok yang pertama atau yang kedua? Normalnya, kita akan memilih yang kedua. Praktiknya, ehm ... tanyakan ke diri masing-masing.
 
Beberapa penelitian menyatakan bahwa wanita memang rentan stres. Kerjaan yang seolah enggak habis-habis & fitrah wanita itu sendiri yang lebih dominan perasaan konon dianggap menjadi beberapa penyebabnya. Meski demikian, bukan berarti kita sebagai wanita menganggapnya sebagai sebuah pembenaran ya hingga bisa bebas berbuat apa saja. Padahal aslinya karena kita enggak mau belajar dan enggak mau nyari solusinya. Na'udzubillah.
Tidak jarang ibu-ibu rajin ikut taklim, pintar ngaji, & semacamnya, tapi sekalinya marah piring-piring terbang, kata-kata umpatan melayang, & perilaku tidak baik lainnya keluar. Tentu kita inginnya jadi ibu-ibu ya yang rajin ngaji ya yang bisa me-manage hati sekalipun dalam keadaan emosi. Iya, kan?
Untuk itu, kita harus berjuang membahagiakan diri sendiri. Tidak bisa kalau kita pasrahkan ke orang lain karena mereka tidak bisa kita kendalikan. Mereka bukan robot. Kitalah yang harus bisa menguatkan diri dari dalam sehingga tidak menjadi wanita yang mudah emosi (negatif).
Bagaimana caranya? Ini sebagai pengingat buat kita semua ya, Bun.
 
1. Milikilah penyaluran positif
Rutininas kadang membuat kita bosan dan mudah emosi. Lihat kehidupan orang lain yang sepertinya nikmat makin keki. Nah, untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan, sebaiknya kita punya kegiatan yang menyenangkan dan positif, kegiatan yang tidak menguras waktu tapi cukup mampu mengembalikan gairah positif kita. 
Apa itu? Ya terserah apa aja. Yang sesuai dengan minat kita intinya.
 
2. Marah atau emosi jiwa karena suatu hal? Nyampahlah pada tempatnya
Sebagai wanita biasa tentu pernah marah. Kalau itu terjadi, nyampahlah dengan benar. Marah ibarat muntahan. Kita muntahnya di depan rumah orang apa di kamar mandi milik sendiri? Meskipun dua-duanya memberi efek lega, tapi jelas ada bedanya. 
Pun dengan marah. Lampiaskanlah dengan benar. Bisa dengan menulis sambil nangis,  bisa dengan beberes rumah seperti yang dilakukan Kozue di dorama Sore Wa Totsuzen Arashi No You Ni, atau yang lain. 
 
3. Olahraga
Olahraga enggak harus tiap hari dan bisa apa saja. Yang jelas kegiatan olahraga ini bisa mengeluarkan racun dalam tubuh. Cobain, deh.
 
4. Jauhi rumpi
"Ih dia kok di rumah mulu," padahal di rumah juga lagi kerja
"Istri manja diantar jemput suaminy, gue dong," padahal sirik
"Kok emaknya keluyuran sih, anak dan suaminya gak diurusin," padahal udah izin anak dan suami
Inti dari rumpi sebenarnya adalah tidak suka melihat orang lain bahagia menikmati hidupnya sedangkan hidup orang yang ngerumpiin kok kayaknya enggak asik. Maka dicarilah kesalahan. Meningkatkan kualitas diri dengan cara menjelekkan orang lain. Na'udzubillah.
Jelas kegiatan di atas sangat merugikan diri sendiri. Mau menghabiskan sisa usia hanya untuk seperti itu?
 
5. Selektif terhadap tayangan
We are what we watch. Kalau yang dilihat sehari-hari 24 jam adalah tayangan gosip dan serial penuh fitnah & intrik, yaa ... bisa dibayangkan gimana. Masih banyak padahal tayangan TV yang mendidik yang bisa dipilih.
 
6. Jangan remehkan kegiatan membaca
Membaca itu bukan kegiatan orang yang enggak ada kerjaan. Kalau buat ngerumpi aja ada waktu kenapa kalau membaca tidak?
Kegiatan baca bisa menambah wawasan dan tingkat kebahagiaan, meski juga kembali lagi materi apa yang dibaca. Dan yang jelas, kegiatan membaca itu enggak cuma buat anak sekolahan. Ibu-Ibu yang punya usaha masak memasak pun juga harus baca kan: baca resep, baca bahan-bahan yang terkandung dalam bumbu (halal apa enggak), dll. Nah. 
 
7. Count our blessings not our problems
Coba hitung nikmat Allah yang pastinya tidak bisa kita hitung. Jawabannya? Allahu Akbar. Kita akan malu sendiri.
 
8. Berlatihlah terus cara berkomunikasi atau menyampaikan maksud dengan baik
Marah bukan solusi dalam menyelesaikan masalah. Marah alias ngamuk seperti orang kerasukan adalah salah satu tanda gagalnya komunikasi. Sebaliknya, sikap permisif atau apa aja boleh juga tanda lemahnya diri. That's why teruslah berlatih menyampaikan sesuatu dengan baik dan di saat yang tepat.
 
9. Ingat salah satu nasihat Rosulullah tentang wanita
Kalau bukan Rosulullah terus siapa lagi yang kita teladani. Ya, kan. Dan salah satu nasihat Rosulullah tentang wanita adalah kaum wanita diminta banyak istighfar dan bersedekah karena Kanjeng Nabi melihat penghuni neraka terbanyak adalah wanita. Kenapa? Salah satunya karena kufur nikmat. Ngoceh-ngoceh nyelekit ngamuk tidak terkontrol asal puas dan lega adalah salah satunya. Na'udzubillah.
 
10. Setelah semua usaha kita lakukan, berikutnya pasrah sama Allah minta dibimbing setiap saat agar keberadaan kita di dunia ini enggak jadi racun bagi sekitar
 
Semua orang pernah berbuat salah, tapi tidak semua orang mau belajar dari kesalahan. Semoga kita tidak termasuk yang tidak mau belajar ya, Bun. Semoga kita bisa jadi istri, ibu, mertua, & masyarakat penyejuk hati serta membawa manfaat bagi sekitar. Aamiin.
 
Penulis:
Miyosi Ariefiansyah alias @miyosimiyo "penghuni" www.rumahmiyosi.com adalah istri, ibu, penulis, dan pembelajar.
 
Foto ilustrasi: google